Kamis, 24 Februari 2022

14.00 – 17.30 WIB

TERM OF REFERENCE (TOR)

IBUKOTA BARU: SMART CITY VS SUSTAINABLE CITY

MEWUJUDKAN NUSANTARA 100 % KOTA MANDIRI BERKELANJUTAN

A. Pendahuluan

Hadirnya Kebijakan untuk memindahkan Ibukota Negara(IKN) telah lama digagas, bahkan sejak Presiden Soekarno pada tahun 1950 –an punya pemikiran untuk memindahkan Ibukota. Pada waktu itu, beberapa kota direkomendasikan menjadi tujuan, diantaranya adalah Palangkaraya atau Samarinda di Pulau Kalimantan.

Namun, secara serius rencana itu baru disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada Pidato Kenegaraan 16 Agustus 2019. Presiden Joko Widodo meminta izin dan dukungan dari DPR RI dan rakyat Indonesia untuk memindahkan IKN dari DKI Jakarta ke Pulau Kalimantan. Pada tanggal 26 Agustus 2019, Presiden mengumumkan keputusan pemerintah memindahkan IKN ke Kalimantan Timur, tepatnya di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara. Lokasi ini ada di lahan 180 ribu hektar yang dimiliki pemerintah dengan kawasan induk IKN meliputi wilayah seluas 56.180 Hektar. Ibukota Baru diberi nama NUSANTARA dan RUU IKN disahkan menjadi Undang – Undang dalam Rapat Paripurna DPR RI (Kompas, 18/01/2022).

Banyak pertimbangan pemindahan IKN dari pulau Jawa ke Pulau Kalimantan. Keberlanjutan Jawa yang terbatas terlihat dari deforestasi yang ekstrem, hilangnya keanekaragaman hayati, populasi kota dan urbanisasi yang terus meningkat, lalu lintas jalan yang padat dan tingkat polusi yang tinggi. Jakarta, Ibukota Indonesia saat ini di Pulau Jawa, adalah salah satu kota terpadat di dunia, dan salah satu yang paling terancam oleh perubahan iklim. Dampak negatif terhadap Jakarta akibat perubahan iklim dapat mempengaruhi ekonomi, kesehatan manusia dan lingkungan. Faktor – faktor negatif ini mungkin saja dapat berpindah, setidaknya sebagian, selama tahap awal pemindahan ibukota jika tidak diantisipasi dengan baik proses dan persiapan pemindahannya dari Jakarta ke Kalimantan.

Kalimantan memiliki salah satu kawasan hutan terbesar yang tersisa di Asia Tenggara dan dianggap sebagai hotspot keanekaragaman hayati. 30 % Pulau Kalimantan telah mengalami deforestasi dalam 50 Tahun terakhir. Kalimantan juga memiliki tingkat endemisme biologis yang tinggi, tetapi beberapa spesies endemik yang menjadi simbolnya terancam punah. Pemindahan ibukota adalah salah satu contoh pertama dari migrasi massal yang diperkirakan memberi dampak besar terhadap lingkungan dan akan memberi efek lanjutan dari krisis perubahan iklim. Komunitas internasional menanggapi tentang hal ini dan meragukan Indonesia mampu menciptakan Ibu kota yang cerdas dan berkelanjutan di Kalimantan (Borneo).

Adapun Kota Cerdas (smart city) didefinisikan sebagai kota yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur teknologi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat (Caragliu,A ., dkk dalam Schaffers,2010:3). Sementara itu, Presiden Joko Widodo menginginkan desain Ibukota Baru jadi rujukan Smart City Dunia (CNN, 17/02/2021). Bagaimana cara mewujudkan Ibukota Baru Sebagai smart City terbaik di dunia dan mampu menjadi role model untuk menciptakan Quality of Life terbaik dunia? Dengan adanya kemajuan teknologi Artificial Intelligence termasuk Autonomous Weapon di masa depan, apa yang harus dilakukan untuk “bersiap” terintegrasi mandiri sebagai “karya anak bangsa“ dan ibukota yang dibangun sekarang tetap relevan untuk 100-200 tahun mendatang mampu bertahan dengan tantangan iklim, banjir, urbanisasi, pandemi, perang, termasuk perang nubika (nuklir, bilogi, kimia) ?

Dalam pada itu, salah satu institusi yang cukup serius mengerjakan model, penilaian, menyaring solusi tentang praktik terbaik dalam teknologi dan kinerja keuangan, dan pelatihan dalam pembangunan kota berkelanjutan untuk membantu kota – kota di Eropah mencapai tujuan keberlanjutan adalah Kota Amsterdam. Mereka telah melakukan hal ini intens selama 10 tahun terakhir dan sebagai hasilnya mereka sekarang telah mengintegrasikan semua perangkat kebijakan, metode desain, strategi implementasi yang siap digunakan.

Sebagai contoh, Kota Amsterdam sekarang salah satu yang memimpin di dunia dengan “Metode Desain Ruang Publik” mereka, yaitu sebuah metode INTEGRAL yang diterbitkan terbuka menjadi sebuah buku (Open Source Book) untuk membantu kota – kota lain di dunia untuk belajar dan berkolaborasi. Metode ini menjelaskan bagaimana mengatasi tantangan perubahan iklim, kekeringan, energi, banjir, sirkularitas dan ekonomi sosial yang menguntungkan dengan penjelasan dan panduan lengkap mendesain kota dan mengadaptasi : Lingkungan Hidup, Air, Flora & Fauna, Energi, Tanah & Bawah Permukaan (Soil & Subsurface), Mobilitas dan Bahan Bangunan (Materials).

Bagaimana pendekatan dan menyelesaikan masalah serta mentransformasi Amsterdam menjadi Kota Retrovit yang 100 % energi netral dan beradaptasi dengan perubahan iklim dan sepenuhnya sirkular di dalam infrastrukturnya dan bebas sampah (zero waste) untuk meningkatkan kesehatan dan kelayakan huni semua warga kotanya. Mereka ingin mencapai ini sebelum tahun 2030. Hal ini bisa menjadi contoh untuk dipelajari sebagai reference.

Upaya mereka membutuhkan waktu 20 tahun untuk mengubah semua infrastruktur yang ada menjadi visi baru dan mereka akan benar – benar mengubah setiap jalan dan ruang publik di Amsterdam untuk mencapai hal ini. Dengan metode ini mereka siap untuk mencapainya sesuai dengan The Paris Agreement dan Konvensi UNFCC.

Mungkin saja Indonesia dapat mengadopsi kebijakan, strategi, pendekatan, teknologi dan sebagainya dengan bekerjasama dengan para ahli yang juga membantu Amsterdam untuk mencapai hal ini dan tidak perlu menginventasikan jutaan dolar seperti yang mereka lakukan untuk memperolehnya bertahun -tahun. Tentu hal ini dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk mewujudkan NUSANTARA 100 % Kota Mandiri Berkelanjutan dengan biaya lebih murah dan lebih cepat. Mungkin para ahli ini dapat berkolaborasi dengan para ahli Indonesia untuk membangun NUSANTARA.

Tugas baru dan kompleks dalam mengadaptasi ibukota baru sebagai Kota Mandiri dan tempat publik yang responsif terhadap perubahan iklim, transisi energi, dan sirkularitas memerlukan strategi baru: pendekatan integral untuk pemrograman, perancangan, rekayasa dan investasi. Pembangunan perkotaan menunjukkan bahwa transisi akan terhenti jika bentuk pembangunan kota yang berlaku selama ini dipertahankan. Skala dimana pengembangan kawasan perkotaan sekarang dirancang dan dilaksanakan terlalu terbatas untuk akumulasi tindakan untuk lingkungan hidup, sistem energi baru, masalah yang disebabkan oleh panas dan curah hujan yang tinggi, desain ruang bawah tanah, sirkularitas yang diinginkan dan konstruksi dan bahan bangunan yang selaras dengan alam. Jika kita tidak mengubah desain dari tempat publik dan merancang secara integral/holistik, semuanya tidak akan berjalan dengan baik. Dan Ibukota yang baru mungkin saja menghadapi persoalan yang sama dalam hanya 1(satu) dekade.

Dengan mempertimbangkan strategi dan metode baru dalam pengembangan kawasan kota dan ruang publik. Dengan cara baru mendesain ruang publik yang akan berfokus ke ruang di bawah tanah dan penggunaan ruang yang beragam. Desain ruang di ibukota baru perlu lebih integral dan berkembang ke atas dari bawah daripada ke bawah dari atas. Perubahan seperti ini akan memungkinkan untuk mencadangkan ruang pada tahap awal untuk langkah –langkah yang berkontribusi pada tempat publik yang hijau, menarik dan berkualitas tinggi, tempat yang baik untuk tinggal, bekerja, retrofit dan menciptakan ulang, menikmati olahraga dan berekreasi.

Desain ruang perkotaan yang tidak terpisahkan di atas dan di bawah tanah akan membutuhkan aturan. Perubahan peraturan diperlukan, begitu pula keuangan dan kerangka kebijakan yang lebih rinci. Indonesia haruslah bertujuan lebih tinggi dan menjadi contoh untuk masa depan dunia yang lebih baik. Bahkan harus berani menetapkan target yang lebih ambisius untuk Ibukota Negara yang dibangun dari awal(build from scratch). Momentum dan kesempatan ini harus dapat digunakan Indonesia untuk  mewujudkan Ibukota Baru Indonesia Sebagai 100 % Kota Mandiri Berkelanjutan. Ibukota Negara sebagai ruang tamu dan etalase yang digunakan bersama oleh semua orang Indonesia dan dunia, kota yang sehat, kota pintar, kota hijau, kota aman dan seindah mungkin. Kota yang penuh keanekaragaman hayati (flora & fauna ) terlengkap dan unik di dunia. Sebuah kota yang dapat menjadi sumber inspirasi dunia. Kota berkelanjutan yang terbaik yang kita wariskan untuk anak-cucu kita dan dapat menjadi contoh bagi pengembangan kota-kota lainnya di dunia khususnya di Indonesia.

Dalam pada itu, setelah disahkan Undang – Undang Ibukota Baru, muncul pertanyaan dari publik. Darimana sumber pendanaan ibukota baru yang diperkirakan mencapai lebih dari 500 Trilyun? Apakah mungkin pemerintah mampu membangun ibukota baru di tengah masa pandemi/endemi yang masih berlangsung ?

Untuk mendalami topik ini, maka PT Synesia Energi Nusantara melakukan Webinar dengan Tema: Ibukota Baru : Smart City VS Sustainable City. Mewujudkan NUSANTARA 100 % Kota Mandiri Berkelanjutan.

B. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini antara lain:

  1. Memahami potensi dan existing wilayah ibukota baru serta strategi pembangunan 100 % Kota Mandiri Berkelanjutan yang mandiri air,  energi, pangan dsb berdasarkan semua SDGs, tantangan dan peluang Ibukota Baru Indonesia.
  2. Mengeksplore strategi dan kebijakan untuk mencapai “full sustainability” dan tetap beradaptasi dengan lingkungan dan alam Pulau Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur.
  3. Mendiskusikan dan memberikan pencerahan publik untuk mengimplementasikan strategi ini dengan pemikiran/saran dari ahli dan pemerintah yang terkait hal ini.
  4. Memahami Kota Cerdas (Smart City Implementation) dan Sustainability dengan tantangan perubahan iklim, banjir, mobilitas dan urbanisasi, pandemi dsb
  5. Memahami Nature-Inclusive Design/Flora dan Fauna dan implementasi ruang publik yang mengelola keanekaragaman hayati (Biodiversity).
  6. Mencari sistesis pemikiran dan strategi yang tepat dari semua peserta webinar ini untuk mewujudkan Ibukota Baru Indonesia yang terbaik.
  7. Mendiskusikan strategi investasi Ibukota baru yang ideal dan atau realistis.

C. Hasil Yang Diharapkan (Output)

Dari Webinar dan diskusi ini diharapkan diperoleh:

  1. Gambaran yang jelas tentang bagaimana 100 % Kota Mandiri Berkelanjutan tersebut dikembangkan dan menampilkan contoh implementasi/penerapan yang ada di dunia.
  2. Tumbuhnya kesadaran bersama bahwa kita harus bersatu padu baik pemerintah maupun swasta dan para ahli untuk mewariskan “NUSANTARA 100 % Kota Mandiri Berkelanjutan Pertama Di Dunia” yang akuntable. Ibukota Baru Indonesia akan menjadi contoh bagi bangsa – bangsa di dunia bagaimana membangun Kota Hutan, Kota Cerdas dan Kota Mandiri Berkelanjutan untuk masa depan dunia yang lebih baik.
  3. Terjadi pertukaran informasi dan pengetahuan tentang Rekayasa 100 % Kota Mandiri Berkelanjutan (Engineering 100 % Sustainable City) sehingga memunculkan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik tersebut.
  4. Terjadi pertukaran pengetahuan tentang implementasi kota berkelanjutan didukung dengan data, teknologi dan pengalaman yang relevan.
  5. Muncul ide dan solusi bersama untuk memungkinkan hal ini (secara teknologi, teknis dan finansial/investasi).

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Webinar  dengan Tema: ”Ibukota Baru : Smart City VS Sustainable City.  Mewujudkan NUSANTARA 100 % Kota Mandiri Berkelanjutan” akan dilaksanakan pada:

Hari/tanggal  :           Kamis, 24 Februari 2022

Waktu               :           Pukul 14.00 s.d. 17.30 WIB

Link Zoom       :           https://us02web.zoom.us/j/81694039658?pwd=ZzJ4M0JWYTRycGZlOTQxcFYwcGdUdz09

Meeting ID     :           816 9403 9658

Passcode          :           804733

E. Run Down Acara

14.00 – 14.05     :    Pembukaan (Halomoan Siburian) : Moderator,  Author Book : Penjinak Badai

14.05 – 14.10     :    Menyanyikan Lagu Indonesia Raya

14.10 – 14.15     :    Opening Remarks (Dr. Ichsan, MSc) : Co-Founder Sysnesia Energi

14.15 – 14.30     :    Keynote Speaker (Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, MSc): Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian  PPN/Bappenas

14.30 – 14.45     :    Guest Speaker (Dr. H. Mochamad Ridwan Kamil*) : Gubernur Jawa Barat * (Dalam Proses Konfirmasi)

14.45 – 15.00     :    Guest Speaker (Joyce Van Den Berg): Chief  Design,  City of Amsterdam

15.00 – 15.15     :    Guest Speaker (Dr.Phil Andy Simarmata): Ketua Umum, Ikatan Ahli Perencanaan(IAP) Indonesia

15.15 – 15.30     :    Guest Speaker (Babag Purbantoro, Ph.D): Remote Sensing Researcher, BRIN

15.30 – 15.45     :    Pembicara 1 (Wandy Tuturoong) : Tenaga Ahli Utama, Kantor Staf Presiden RI

15.45 – 16.00     :    Pembicara 2 (Dr. Yudhistira Nugraha) : Director, Jakarta Smart City

16.00 – 16.15     :    Pembicara 3 (Ridwan Sutriadi, Ph.D) : Ketua Bidang Digitalisasi Planning Tools, IAP Indonesia. Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, ITB

16.15 – 16.30     :    Pembicara 4 (Prof Dr.Ir Suhono Supangkat) : Director, Smart City & Community Innovation Center (SCCIC), ITB

16.30 – 16.45     :    Pembicara 5 (Prof Ir. Roy Sembel, Ph.D) : Professor Finance & Investment, IPMI International Business School

16.45 – 17.25     :    Diskusi dan Tanya Jawab (Flow of Discussion Session)

17.25 – 17.30     :    Foto Session & Penutupan  

F. Peserta

Kegiatan ini akan melibatkan 100 – 500 peserta yang berasal dari para pemangku kepentingan yang memiliki perhatian terhadap Ibukota Baru Republik Indonesia antara lain:

  1. Pakar/Professional/Mahasiswa/Milenial
  2. Pejabat Pemerintah Pusat dan Daerah
  3. Anggota Parlemen Tingkat Pusat dan Daerah
  4. Organisasi Masyarakat dan Media
  5. Pelaku Usaha dan Asosiasi Bisnis